S A W A H ( IBU-7 )


I B U - 7   ( S A W A H )



"Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi pepatah jawa." 

"Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi Ditohi Pati" adalah ungkapan yang berkaitan perkara yang menyangkut tanah. Jika diganggu akan dibela atau diperjuangkan sekalipun nyawa taruhannya. 



Bapak saya, terlahir dari keluarga petani. Walau saya belum sempat menyaksikan kakekku kesawah. Beliau wafat ketika saya masih balita. 

Sedangkan Ibu saya terlahir dari keluarga pangreh projo. Kaka-kaka ibu juga adik-adik ibu mengikuti jejak kakek neneknya. Sebagai pegawai negeri. Terutama dari Depag dan Depdiknas. 

Sampai lulus SMP, saya tinggal didesa kelahiran. Cangkring kelurahan Tirtomoyo. Setiap hari berangkat dan pulang sekolah selalu melewati daerah persawahan.

Berjalan kaki. Bareng dengan teman-teman. Ramai disepanjang perjalanan. 

Ada Sebidang sawah yang selalu saya lewati ketika sekolah diMadrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Bedingin itu. Sawah warisan dari kakek kepada bapak saya. Beberapa ribu m2 Luasnya.

Akhir tahun 60an. Ekonomi keluarga orangtua lagi surut. 
Mori. Kain putih bahan untuk membuat batik naik harganya. Bahan dan alat batik barangnya langka. 
Mahal harganya. Luarbiasa. Perusahaan batik mulai gulung tikar. Termasuk usaha orangtua.
Perusahaan Batik HIKMAH.

Selain sebagi petani. Yang juga sebagai anggota Koperasi Batik Wonogiri. Bawono. 
Sebagai anggota Gabungan Koperasi Batik Indonesia. GKBI. 

Yang ketika itu sangat jaya di indonesia. Yang berperan sejak Indonesia merdeka. Yang punya Gedung didaerah Semanggi Jakarta. Juga yang punya Gedung dikota lama Semarang. dan kota-kota lainnya. 
Wisma GKBI dijalan raya puncak. Dengan gedung mewah tahun 50.an.

Dalam kondisi ekonomi yg sulit itu.  
Saya masih sekolah diMadrasah Ibtidakiyah-SD. Kedua kakak saya, Mas Hadi dan Mas Qon  sekolah di MTS-SMP dan Aliah-SMA Al Islam Solo.

Ketika itu bisa dihitung dengan jari. Ada orangtua yg menyekolahkan anaknya di Solo. 
Yang jaraknya 50km dari kampung halaman. Ditempuh dengan jalan kali menyeberang sungai. Untuk mencapai kota Kecamatan. Tirtomoyo. Dilanjutkan dengan naik Truk angkutan beras dan kadang juga angkut kayu.
Sampai kota kecamatan tetangga Betal-Nguntoronadi. 
Yang saat ini sudah tergenang bak lautan. Sudah jadi Waduk Gajahmungkur. 

Dikota ini sudah ada jaringan kereta api. Naik kerta api sampai stasiun Sangkrah di Solo. Atau naik bus antar kota. Yang atapnya bis penuh dengan barang-barang bawaan termasuk sepeda.  Kadang juga ada penumpang.

Ketika itu. Dalam kondisi seperti itu. Bapakku tegar. Tangguh. Orang tua bermusyawarah. Anak-anak kumpul. Di ruang keluarga. Dikursi Sofa dari Rotan.

Salah satu keputusanya. Terpaksa sawah warisan dari kakek itu dijual. Laku.

Dibeli oleh salah satu petani kaya di kampung.

Bertahun-tahun.
Berpuluh tahun. Sampai tahun 90an. Saya sdh bekerja. Tinggal dirumah Dinas. Jalan Tol Tangerang.

Suatu hari. Tepatnya hari ahad. Datanglah kerumah itu. Beberapa teman bermain dulu ketika dikampung.
Salah satunya anak dari petani kaya yang dulu beli sawah warisan itu.

Dia menawarkan sawah yang dulu dibeli bapaknya dari bapak saya.
Bismillahi
Dengan niat ingin berbakti kepada orang tua. Mengembalikan sawah yang sempat "hilang". 
Deal. Saya beli dengan nilai beberapa bulan Gaji sebagi Kepala Bagian BUMN saat itu.

Beberapa tahun setelah sawah itu kembali. Menjadi milik keluarga.

Saya sampaikan kabar ini ke bapak ibu.
Orang tua nampak berbinar. Senang.
Setiap tahun pulang mudik. Ibu selalu ingatkan untuk bawa beras. Dari hasil sawah itu. Beberapa kali saya melakukannya. Membawa beras. Beberapa kg. Setiap pamitan ibuku senang. Ada rasa bangga.  

Walapun mesti menambah beban muatan dimobil kecil.
Dari kampung dalam perjalanan ratusan km ke Jakarta.
=====

=====
Mengenang ibu
wafat 26 Februari 2019.


Komentar

USIAKU 60 TAHUN

RIWAYAT AZAN DAN IQOMAT

UMUR YANG BAROKAH

IBU-9- (BODO LONGA-LONGO ORA KOYO KEBO)