Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

ANAK SHOLEH

》Menjadi Anak sholeh《 Orang tua kita mengalami masa menyekolahkan anaknya. Bisa jadi yg dihadapi org tua kita dulu tdk beda dgn yg kita alami saat ini. Pendidikan pesantren yg juga ada pelajaran umum, biasanya biayanya relatif mahal. Sekiranya kita mampu, masih ada perang batin. Kalo ank kita dipesantren, nanti susah mendapat Perguruan tinggi yang baik. Kalo Pendidikan Tingginya kurang bermutu, susah mendapatkan kerja. Kalo kerja dikantor ato perusahaan yg kurang baik, nanti ank kita tdk sukses. Kita ingin anak sholeh yg Fiduniahasanah wa Filakhirotihasanah. Apa yg kita dialami ketika masih sampai usia baligh,bisa jadi sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita saat ini. Khususnya dalam memaknai dan mengamalkan Ajaran Agama. Lantas Bagaimana dengan harapan agar menjadi anak Sholeh??? Rosulullah SAW menjelaskan; “Apabila matinya seorang manusia, terputuslah pahala amalannya kecuali dari tiga perkara iaitu: 1.Sedekah jariah; 2.Ilmu yang diambil manfaat dengannya; 3.

PERJALANAN ANAK MANUSIA

Gambar
Ketika itu  Ilham Alghifari  baru kelas 5SD Rasanya belum tau apa itu Teknik informatika. Yang dia tau, kakanya mau kuliah disitu. Disebelah Gedung itu ada gedung Pusat Robotik ITS Lhaa.. Robotik itu yg mencuri perhatiannya. Apalagi tahun-tahun berikutnya. Setiap kakanya libur selalu didepan komputer. Yang adik tau kaka main game. Seperti mainan Robot. Setelah lulus SD, rencananya mau masuk pesantren. Seperti kakaknya juga. Namun ada masalah TEKNIS. Adik belum bisa makan Nasi. Bahkan sampai kelas 3 SMP. Baru setelah Ujian SMP, ada acara sekolah bermalam. Disitulah pertama mencoba makan Nasi. Alhamdulillahi berhasil. Kembali ke rencana semula. Masuk SMA Pesantren. Pesantren Al-Bayan. Tempat kakanya juga menyelesaikan SMAnya. Sejak kelas 1 dia seneng matematika. Kemudian Komputer. Mewakili sekolah utk Lomba. Di tingkat kabupaten. Juga Lomba yang diadakan Perguruan Tinggi. Mewakili kabupaten untuk OSN di tingkat propinsi. Sejak kelas 3, niatnya bulat. Ingin ambil T

T A K D I R

Gambar
# TAKDIR Cerita bermula ketika dalam sebuah majelis ilmu. Imam Maliki yang merupakan guru dari Imam Syafii mengatakan bahwa: "Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab. Seseorang cukup bertawakkal dengan benar, niscaya Allah akan memberikannnya rezeki." “Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya,” demikian kira-kira pendapat Imam Malik. Imam Malik menyandarkan pendapatnya itu berdasarkan sebuah hadirs: لَو أنكُم توكَّلْتُم علَى اللهِ حقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُم كما يَرْزُقُ الطَّيْرَ تغدُو خِمَاصًا وتَروحُ بِطَانًا “Andai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan berikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang,” (HR. Ahmad). Menanggapi hal itu, Imam Syafii rupanya memiliki pandangan lain. Ia pun segera melayangkan pendapatnya. “Ya Syaikh, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, b