I B U (2)

Senin 11 Februari 2019.

Hari terakhir perjalan lintas TransJawa.
Jakarta - Pandaan - Malang. Pandaan - Pasuruhan. Dalam perjalan balik.
Saya turun di Tempat istirahat km 519. Sebelum masuk kota Solo. Disana Mas Safril anak buahnya p.Davit. Boss PT. SNJ. Solo-Ngawi Jalan Tol telah menunggu.
Setelah rehat. Ngopi. Kawan-kawan melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Sy diantar mas.Bram menuju kampung halaman.

Pas Asar sampai  rumah. Ibuku menyambutku dengan senyum. Senang. Anaknya pulang. Mahrib dan Isak berjamaah di Musholla.

Selasa 12 Februari 2019.
Sekitar jam 03 pagi. Ibuku bangun. Seperti Biasanya. Minta minum. Namun bebera hari terakhir ini Minta minum air jeruk. Maka setiap senin dan kamis mas Qon membelikan jeruk. Saya buatkan. Jeruk saya peres jeruk. Disaring. Kakaku juga sdh bangun. Mengingatkan agar dirasakan dulu. Manis. Dan ibupun meminumnya dengan sedotan. Habis. Setengah gelas.blimbing. Semacam gelas standard dikampun. Yang sudah saya kenal sejak kecil. Beberap puluh tahun lalu. Seperti siklus yg berulang. Sebelum subuh ibuku rapi-rapi. Dibantu mbak Narti. Yang setia menemani. Jamaah subuh di Musholla. Begitu juga dengan Sholat 5waktu lainnya.

Bakda jamaah dhuhur. Saya akan balik keSolo. Untuk penerbangan sore ke Halim.
Ketika itu asaya pamit. Saya rangkul ibu. Saya tempelkan pipiku dengan pipi ibu. Terasa hangat. Saya bisikkan. Doakan ank-anak dan cucu-cucu yo buu.?"
"iyo Lee.." jawabnya sambil tersenyum.

Saya sempat melihatkan Video, dari HP. Ibu melihat buyutnya yg bergerak. tersenyum senang
"kok gede emen" komentarnya. *Enggih buu.. jenenge Reynand".
Sebelum saya bergerak utk jalan, ibu bisikkan.
"Son. aku ditinggali" permintaan ibu. Saya paham. Saya berikan dompet soufenir acara pernikahan. Saya buka dompet itu. Saya tunjukkan ke ibu. "Iki buu.. isine uakeh buu". "Narti sudah saya kasih buu".
Ibu menerima dompet itu. Tersenyum. Nampak senang. Saya cium keningnya sekali lagi.
Saya pamit.
Ternyata itu senyuman terakhir yg saya lihat.
Juga hangat pipinya yang terakhir yg saya rasakan.

Selasa 26 Februari 2019.
Sekitar jam 03 pagi. Ibuku bangun. Mbak Tati dan mbak Narti. Yang tidu ditempat sebelah tempat tidur ibu terbangun. Ibu minta minum. Diambilkan mbakyuku. Tidak lama Nafasnya lebih kencang. Ibu merangkul mbakyuku. mbak Tati.

Ifat, putri mbakyku yg ragil. Diminta memanggil masQon. Saat itu sedang sholat sunah. MasQon

Rumahnya nyambung. terhubung lewat mushola dan rumah ibuku. MasQon menuntun ibuku. Lafalkan kalimat Tauhitd. Kaki ibuku dipegang. Terasa dingin
Mukanya. BaƄuknya dipegang. Masih hangat. Matanya disenter. Sudah tidak memberi reaksi. Tangan disedakepkan. Dirapikan. inalillaahi waina ilaihi rojiuun.
Sesungguhnya segala sesuatu datangnya dari Allah, dan segala sesuatu itu akan kembali kepada Allooh.


Pesan kanjeng Nabi:
“Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi meninggalnya” (HR Muslim no 2878)
Berkata Al-Munaawi,  
“Yaitu ia meninggal di atas kehidupan yang biasa ia jalani dan ia dibangkitkan di atas hal itu” (At-Taisiir bi Syarh Al-Jaami’ As-Shogiir 2/859)

Semoga akhir hayatku nanti “husnul khatimah” 
“meninggal disaat (dalam keadaan) yang terbaik”.











Komentar

USIAKU 60 TAHUN

RIWAYAT AZAN DAN IQOMAT

UMUR YANG BAROKAH

IBU-9- (BODO LONGA-LONGO ORA KOYO KEBO)