MUASABADiUSIA 60 TAHUN


Muasabah usia 60 Tahun


Setiap tahun bertambah hitungan umur kita. Berarti Makin sedikit Jatah usia kita.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah memberi udzur kepada seseorang yang Dia akhirkan ajalnya, hingga sampai usia 60 tahun”. (HR. Bukhari 6419).Ibnu Hajar mengatakan: Makna hadis itu bahwa udzur dan alasan sudah tidak ada. Misalnya ada orang mengatakan: “Andai usiaku dipanjangkan, aku akan melakukan apa yang diperintahkan kepadaku.”  Ketika dia tidak memiliki udzur untuk meninggalkan ketaatan. Sementara sangat memungkinkan baginya untuk melakukannya, dengan usia yang dia miliki. 
Maka ketika itu tidak ada yang layak untuk dia lakukan.
Selain istighfar, ibadah ketaatan, dan konsentrasi penuh untuk akhirat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِك
Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik         
(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad 3/257)
 Adalah Fudhail bin Iyadh namanya.
Hampir setiap malam dia mendatangi rumah-rumah yang ada di negeri itu untuk melakukan aksinya, yaitu mencuri - merampok.
Hingga suatu malam dia kembali melaksanakan aksinya. Namun kali ini ia ingin menemui seorang gadis yang selama ini ia rindukan. Di saat ia memanjat dinding rumah gadis impiannya. Pada saat yang bersamaan ketika dia telah berada di rumah itu, tiba-tiba dia mendengar suara lantunan Al Qur’an sedang dibacakan.

Rupanya suara itu berasal dari sang pemilik rumah yang sedang berdiri bermunajat kepada Robb-nya. Sang pencuri pun hanyut dengan lantunan ayat-ayat Allah yang sedang dilantunkan, hingga ketika sampai pada ayat 16 Surat 57:
“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperi orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)
Tak terasa air matanya berlinang. Akhirnya dia pun tersungkur jatuh. Badannya yang selama ini kokoh, seketika menjadi rapuh. Karena mendengar ayat tadi.
Dia pun berkata dalam hatinya. Menjawab pertanyaan Allah yang terdapat dalam ayat dimKSUD. “Wahai Rabb-ku, telah tiba saatnya”.
Akhirnya, ia pergi menjauh. Bermalam pada reruntuhan bangunan tua. Ternyata di samping bangunan itu ada orang-orang yang lewat. Sebagian diantara orang-orang itu berkata, “Ayo kita berangkat”. Sebagian lagi bilang, “Jangan dulu!! Nanti shubuh kita berangkat, karena Fudhoil sekarang akan menghadang kita di jalan!!!”.
Mendengar perbincangan. Fudhoil akhirnya berpikir dan berkata dalam hatinya. “Aku berbuat maksiat di malam hari, sementara itu kaum muslimin di tempat ini takut kepadaku. Aku memandang Allah tak akan menggiringku kepada mereka, kecuali pasti mereka akan gemetar (karena takut kepadaku). Ya Allah, sungguh kini aku bertobat kepada-Mu. Aku jadikan tobatku berupa hidup di Baitullah”.
Setelah kejadian itu. Dia pun melalui hari-harinya dengan ketaatan kepada Allah sampai ia dikenal dengan abidul haromain. Ahli ibadah dua tanah suci (Makkah dan Madinah)”
Maha suci Allah yang telah membolak-balikkan hati, dan menganugerahkan kepada hamba-Nya hati yang lembut. 
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
“Demikianlah Allah menjadikan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (Q.S. Al Mudatsir 31)
Setelah Fudhail bin Iyadh bertobat, Beliau menjadi ulama Besar  di masa Tabi’ Tabiin – (w. 187 H) dan merupakan satu guru Imam Syafii.
Dikisahkan juga bahwa Imam Fudhail bin Iyadh pernah bertemu dengan seorang yang lebih tua.
“Berapa usia anda?”, tanya Fudhail.
“60 tahun.”, Jawab orang itu.
“Anda selama 60 tahun berjalan menuju Tuhan anda, dan sebentar lagi anda akan sampai.” Komentar Fudhail
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi raji’un.” kata Orang itu sambil keheranan.
“Anda paham makna kalimat itu? Anda paham tafsirnya?” tanya Fudhail.
“Aku belum paham. Tolong jelaskan tafsirnya?” Orang itu balik tanya.
“Anda menyatakan: innaa lillaah (kita milik Allah), artinya kita adalah hamba Allah dan kita akan kembali kepada Allah. Siapa yang yakin bahwa dia hamba Allah dan dia akan kembali kepada-Nya? Seharusnya dia menyadari bahwa dirinya akan berdiri di hadapan Allah. Dan siapa yang meyakini hal ini, dia harus sadar bahwa dia akan ditanya. Dan siapa saja yang yakin hal ini, dia harus menyiapkan jawabannya.” Jelas Fudhail.
“Lalu bagaimana jalan keluarnya?” tanya orang tua itu.
“Caranya mudah.” Tegas Fudhail.
Kemudia Imam Fudhail menyebutkan sebuah teori bertaubat, yang layak dicatat dengan tinta emas,
“Berbuat baiklah di sisa usiamu, dengan itu akan diampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Karena jika kamu masih rajin bermaksiat di sisa usiamu maka kamu akan dihukum karena dosamu yang telah lalu dan dosamu yang akan datang.”
Tidak ada satupun makhluk yang tahu berapa sisa usianya. Kita tidak tahu kapan maut akan menjemput. Karena itu, apa yang sedang kita alami, itulah sisa usia kita yang sejatinya.
Iman Ghozali berkata: “Aku tidak mempunyai barang dagangan kecuali umur. Apabila ia habis, maka habislah modalku sehingga putuslah harapan untuk berniaga dan mencari keuntungan lagi. Allah telah memberiku tempo pada hari yang baru ini, memperpanjang usiaku dan memberi nikmat.”..
Beliau menasihatkan agar hidup manusia itu bermanfat. Hendaknya setiap hari kita meluangkan waktu sesaat untuk musyarathah. Yaitu menetapkan syarat-syarat (kontrak) pada jiwa(diri sendiri) agar ia dapat melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi larangan.
Allahu a’lam

Komentar

USIAKU 60 TAHUN

RIWAYAT AZAN DAN IQOMAT

UMUR YANG BAROKAH

IBU-9- (BODO LONGA-LONGO ORA KOYO KEBO)