KONDANGAN - TRADISI YANG HILANG.

KONDANGAN - TRADISI YANG HILANG.

Sudah bertahun-tahun. Setiap kali mudik Lebaran di kampung halaman. Selalu menikmati nasi uduk dan ingkung ayam. Yang memasak mbak Maryati, istrinya mas Qon kakak saya. Sebenarnya tradisi nasi uduk dan ingkung ayam itu sudah berlangsung lama. Sejak saya kecil tahun 60an. 

Setiap selapanan sekali diadakan "kondangan" dirumahnya pakDe Kasan. Pengertikan kondangan saat ini diartikan pergi mengahadiri undangan pernikahan.
Namun ketika saya kecil yang namanya "kondangan" adalah berkumpulnya orang banyak. Duduk bersila membuat lingkaran. Ditengahnya ada hidangan makanan. Ada tumpeng. Bisa juga ada Nasi uduk dan Ingkung ayam. Sebelum acara makan, "modin" memimpin Doa.


Pakde Kasan adalah kakaknya bapak saya. Namanya Kasan Dimedjo. Beliau wafat ketika saya kelas 1 SMAMuhi Yogya tahun 1975. Pakde Kasan ini termasuk orang yang dituakan di kampung. Banyak orang dari kampung lain datang silaturahim. Bahkan ada yang dari jauh. Beda kecamatan. Bahkan ada juga yang beda kabupaten.  


Selapanan biasanya digunakan untuk bayi. Yakni acara selamatan ketika umur 35 hari. Selapanan yaitu bertemunya hari dan pasaran secara periodik tiap 35 hari. Sebagamana kondangan di rumah pakde Kasan. Setiap malam senin pon. Setiap hari Senin ketemu pasaran pon. Dan itu akan terualang setiap 35 hari. Kita kenal ada 7 hari (Senin – Minggu) dan pasaran yang jumlahnya 5hari. (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). 

Perhitungan hari pasaran dimulai pada waktu petang atau saat Magrib. Maka setiap Minggu pahing. Disiang hari BuDe Kasan telah sibuk menyiapan Nasi uduk dan ingkung ayam. Untuk acara kondangan yang dilakukan setelah sholat mahrib. Saya kecil sering menyaksikan penyenyembelih ayam itu. Biasanya ayam jago yang besar. Sedangkan mbak Maryati ponakan bude Kasan ikut-ikutan membantu bude Kasan. Mbak Maryati itu usianya 1-2tahun lebih tua dari saya. Putrinya pak Gunawan. Adiknya bude Kasan. Saya belum ingat umur berapa mulai ikut bude Kasan. Yang pasti sejak sekolah Madrasah sudah ada dirumah Bude. 

Selesai sholat magrib di masjid. Bapak-bapak tetangga  mulai datang di rumah pakde Kasan. Biasanya bertempat diomah.mburi (rumah belakang). Bukan di Pendopo. Saya kecil sering datang duluan. Melihat ayam yand tadi siang disembelih. Kini sdh menjadi ingkung. Acara belum dimulai sebelum bapakku datang. Bapakku selalu bertugas membagi-bagi lauknya. Juga memimpin doa. Walau kadang pak Dahlan yang diminta memipin doa. Biasanya ada yang bertugas mengambilkan nasi uduk dari "tampah" kepiring. Selanjutnya Bapakku membagi Ayam ingkung yang disuwir-suwir. Ditambahkan ke pring yang telah diisi nasi uduk.

Nasi uduk dan ayam ingkung. Duahal yg nggak bisa dipisahkan. Konon riwayanya Raja Mataram Sultan Agung yang menciptakan resepnya. Sebenarnya kegemaran Raja adalah Nasi Kebuli masakan Arab. Namun bumbu-bumbunya susah didapat. Maka dicicipkanlah "Nasi Wudhu". Nasi yang sudah dibersihkan. Dicampur santan putih lambang kesucian. Bahkan yang memasaknyapun mesti wudhu dulu. Dipadukan dengan ayam yang dimasak Utuh. Diikat seperti orang yang sujud. Sholat.
Kini kita kenal dengan Nasi Uduk Ayam ingkung.


Wallahu a’lam bis-shawab
hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.

Komentar

USIAKU 60 TAHUN

RIWAYAT AZAN DAN IQOMAT

UMUR YANG BAROKAH

IBU-9- (BODO LONGA-LONGO ORA KOYO KEBO)