KAMAR 305


Agustus 2018,
KAMAR 305

Desember, 1975. SMA Muhi. Yogya. Jln.Tenden Patangpuluhan.

Kamis 30 Agustus.
Seperti hari-hari sbelumnya. Manakala tanggal genap, mesti melaksanakan tugas “negara”. Mengantar dan menjemput ibu “negara”. Kantornya di SP.Surosos Menteng. Sebanarnya dari Tamanmini hanya melewati sedikit jln. DI.Panjaitan. Yang melewati Jalur GAGE. Jalur Ganjil genap. Namun karena Polisi melaksanakan Tugas Negara beneran. Maka NoPol yg tdk sesuai kalender akan ditilang.

Ketika sampai di samping RS Bunda, telpon berdering. Saya kenal nomor telponya. Karena ada photonya. Sepontan saya jawab “Wa’alaikumussalam”.  “Piye Muf”???
Terdengar suara yang agak berat. “Mas Son, saya suaminya Mufliha”. “Mufliha sudah meninggal”.
sambil ndredeg, spontan saya ucapkan “inalillahi waina ilaihi rojiuun.”

Terbayang, semua kawan. Di Group Muhi75-77 yang baru saya buat tahun 2015. Mufliha temen satukelas 2PP2 dan 3PP2. Sejak lulus 1977. Baru ketemu kembali akhir 2015. Yang saya tau ada 2 temen sekelas yg di terima di Farmasi UGM. Mufliha dan Nurlaela yang terakhir tugas di RS GatSu Jakarta.

Mufliha datang diAcara Renuni pertama SMA Muhi.75-77. Di Kaliurang. Mufliha datang dengan  membawa “Gerobak Ronde” seperti yg di janjikan.
Ketika itu tidak pernah dibicakan kalo Mufliha itu sakit. Punya penyakit.
Sejak itu, beberapa kali datang ketika diadakan silaturahim. Pernah datang dirumah-rumah teman. Pernah Acara dirumah saya Mufliha datang. Juga di Rumah Mufliha, teman-teman datang.

Sejak SMA saya kenal, Mufliha orang baik. Kalo ngobrol, sering nyeletuk hal-ha yang tdk terpikirkan oleh orang lain. Digroup WA  dikenal sebagai wasit yg selalu pegang peluit. Kalo ada yg posting aneh-aneh selalu ada kawan yg bilang: “Nanti disemprit Mufliha lhoo…”.

Bulan puasa kemarin dia ingatkan kawan.
“Panjii.. kalo posting seperti itu lagi…. nanti masuk neraka bareng orang gila lhoo..”.
Saya terpingkal-pingkal. Juga teman-teman yang lain. Di Group.WA.

Awal puasa mufliha telpon. “Son.. masjid yang direnovasi sdh jadi, trus apike sing ngelola piye”. “Disebelah masjid ada tanah kosong, mau saya beli. Untuk madrasah. Biar anak-anak bisa ngaji gratis nggak usah bayar”.  Memang sebelumnya Mufliha cerita. Ingin merenofasi masjid. Dia ketemu masjid. Kondisinya kurang terawat. Bahkan Tower Sumbangan Caleg yg sudah diapasang diambil lagi. Karena dia gagal jadi anggota Legislatif. Suaranya tidak cukup. Padahal anak-anak kecil disekitarnya banyak yang ngaji dimasjid itu.

Saya sampaikan bahwa teman kita juga ada yg punya pesantren.
Ada yg menyelenggarakan tahfid Quran di Cisarua. Roid Kadir kawan Muhi. Pesantrennya anamanya Wadi Almubaraq. Dan rupanya Mufliha sudah menghubungi. Kontak kawan-kawan yg saya berikan. DiGroup juga pernah di obrolkan. Pingin juga cari tanaman yang cocok untuk kebonnya.

Beberapa minggu lalu. Mufliha sampaikan rencana perjalanan. Mau ke Singapore. Lewat Batam. “Hayoo.. teman-teman.. siapa yang mau? Ketemuan di Batam atau di Sin?” Dia mennaawrakan. Lewat WA group.
Hari berikutnya Mufliha upload dari Batam. Photo Mufliha bersama Eriana. Teman Muhi juga yang rumahnya di Tanjung Balai. Dua sahabat sejak lulus 1977, baru ketemu tahun 2018 ini.

Mufliha dkk bisa silaturahim dimeeting point di Jaksel.
Kamis sore itu. Ditempat parkir Kantor Bank.  Setelah “ibu negara” selesai kerja. Saya sampaikan kabar duka.  Istri saya kaget. “Sing endi thooo”.  “Ooo… Ya Allooh… sakit apa???” Tanyanya. Setelah saya tunjukkan photo bareng mb.Chusnul ketika acar di rumah.
“Nanti saja kita tanya suaminya”.  Sampai RS.Gatot Subroto. Pavilyun Kartika.  Saya menuju lift. Langsung ke lantai 5 seperti yang saya ingat ketika ditelpon.  Ternyata salah. Yang benar di lantai 3.


Pintu saya ketuk. “Assalamualaikum”.  Pandangan mata saya menatap sosok Lelaki aga gemuk. Saya sudah kenal. Beliau yang juga dosen UI-Prodi Aktuaria. P.Asrori suaminya mufliha udduk dipojok.
Saya salami dan peluk sambil bisikkan. “Alloh telah memilihkan untuk Mufliha yang terbaik”. Anak-naknya juga saya salami semuanya. Saya duduk terdiam. Agak lama. Disamping tempat tidur pasien.

Namun yang saya lihat bukan pasien lagi.
Yang tidurpun sudah tidak bergerak. Tidak ada selang infus. Tidak ada selang oksigen. Tidak ada alat monitor. Semua itu telah disingkirkan perawat. Setelah mendapat kepastian dari dokter.    Yaaaa Allooh. Beberapa jam yang lalu sebutan dia adalah Pasien,  a.n ibu Mufliha. Kini sudah berganti. Sudah berubah statusnya.  Dia adalah Jenazah, almarhumah ibu Mufliha.

silaturahim di rumah saya Jatibening
Dalam keheningan, sayup-sayup suara anaknya mengaji.
Istri saya tanya. Bagaiman ceritanya. Dan dijelakan p.Asrori suaminya Mufliha:

“Awal Agustus kemarin, istri saya ikut ke Singapore. Namun ternyata kondisi phisiknya menurun. Balik ke Jakarta. Masuk perawatan Di RS Gatot Subroto”. Itu juga maunya Mufliha. Sudah merasa nyaman dirawat disitu. Karena sudah bertahun-tahun dan beberapa kali di rawat disitu. Mufliha ngggak mau teman-temannya mengetahui sakitnya.

Dan setiap pertemuan memang nampak sehat. Bisa jadi hanya Nurlaela yang mengetahu Mufliha sakit. Sahabatnya satu kelas diSMA. Dan satu angkatan kuliah di Farmasi UGM. Nurlalela, sarjana Farmasi. Sebagai Tentara Wamil ditugaskan di RS GatSu. Dan sampai pensiun tahun 2018 ini.

Dikesempatan itu. Di kamar RumahSakit itu. Saya juga sampaikan bahwa awal puasa kemarin Mufliha cerita tentang masjid dan madrasah. “Benar mas Son. Tadinya sudah mau ke Notaris.Untuk transaksi tanah itu. Namun kondisi Mufliha menurun. Uangnyapun sudah diserahkan ke saya. Itu amanah almarhumah”. Kata p.Asrori. Saya segera menyaut: "Iya pak. Betul, semoga menjadi Amal Jariyah almarhumah, yang pahalanya tetap mengalir walaupun sudah meninggalkan dunia".

silaturahim di rumah saya Jatibening
Acara Reuni pertama sejak lulus SMA. 2016

Suaminya menimpali dengan suara yang agak tertahan.
“Mestinya yang meninggal duluan itu saya. Tapi Alloh berkehendak lain. Saya yang lama sakit jantung. Mufliha yang atur semua obat dan makanan yang mesti saya makan.” 

Anaknya menjelaskan. Bagaimana pekembangan Cancer menyerang tubuh mamanya. Setelah menyerang Payudara, terus menyerang paru-paru. Awal dirumah sakit, photo paru-parunya hanya terlihat bitnik-bintik butir pasir.

Beberapa hari kemudian, photo paru-parunya seakan tertutup kabut. Dan dokter menjelaskan sudah mulai menyerang jantung. Suami dan anak-anaknya sudah pasrah kepada Yang  Maha Kuasa.

Kepada dokter, Suaminya berpesan supaya lakukan yang terbaik. Usahakan Mufliha tidak merasa kesakitan yang hebat.  
Tepat bakda azan Asar. Di kamar 305 Pavilyun Kartika. Di Rumah Sakit Gatot Subroto itu. Malaikat Izrail datang menunaikan tugasnya. Sesaat itu, Vital Sign Monitor atau Monitor ICU, berhenti berdetak. Angka menjadi NOL semua. Monitor Oksigen dudah nggak bergelembung lagi.
Sesaat itu pula berubahlah setatus sebagai manusia. Begitu juga panggilannya menjadi Almarhumah.

*”Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur’*.
Alloh berfirman dalam QS.3. Al-Imran ayat 145.

Akhir.Agust.2018
shd.srm


Komentar

USIAKU 60 TAHUN

RIWAYAT AZAN DAN IQOMAT

UMUR YANG BAROKAH

IBU-9- (BODO LONGA-LONGO ORA KOYO KEBO)