RENUNGAN di Baitul-Jabbar


RAMADHAN-RENUNGAN

Baitul-Jabbar - 31 Agustus 2009 - 10 Ramadha,
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabaro katuh.

Marilah kita renungkan sejenak, berapa banyak, saudara kita , orang dekat kita,
tetangga atau sahabat kita yang ramadhan tahun lalu kita masih bisa bersua.
Namun kini, beliau-beliau itu sudah tidak bisa kita jumpai lagi karena
telah lebih dulu mengahadap sang Khaliq.
Alhamdulillah, Telah sepantasnya, dan seharusnya kita bersyukur
karena masih diberi kesempatan berjumpa dengan RAMADHAN kali ini.

Bayangkan....
Apabila tidak ada Ramadhan. Sepanjang hari dalam satu tahun seakan
kita mengejar sesuatu dan dikejar entah oleh siapa.
Kita tak punya kesempatan utk menghitung diri, untuk ber muasabah
Apa yg seharusnya sudah kita perbuat dan
Apa yg semestinya kita tdk boleh melakakukannya.

Bagi kita umat Kanjeng Nabi Muhammad,
rasanya telah hapal benar tentang berbagai keistimewaan
Bulan Ramadhan karena hampir setiap hari sepanjang Ramadhan
kita dapat mendengar dari berbagai penceramah .
Rasanya tidak terbantahkan bahwa hanya bulan Ramadhanlah
yang mampu meng INTERUPSI aktifitas kita selama 12 bulan dalam setahunnya.

Hal ini akan terasa benar di daerah perkotaan sebagaiman kita saksikan.
Lihatlah berbagai spanduk menyambut Ramadan, terpampang dimana-mana.
Lihatlah kesibukan para insan media yang bahkan jauh-jauh hari
telah menyusun program-program Ramadan.
Mereka memanfaatkan “momentum” suci ini untuk menggelar sajian dengan
memoles berbagai tampilan sehingga nampak “Islami”.
Begitu juga berbagi operator selulair berlomba dengan berbagi content
yg berkaitan dengan gema ”islami”.

Hampir dapat dipastikan kita semua yang menerima SMS ucapan selamat
menjalankan ibadah Ramadhan, serta saling maaf-maafan.
Bahkan berisi berbagai do’a yg kadang kita pun tidak tau dari mana sumbernya.
Teknologi yang sedang ngetren saat ini Facebook, Lihatlah Wall –Wall di FB ini..
Mereka saling menyapa dengan berbagai do’a.
Dikutipnya berbagai ayat dan sabda Junjungan kita.
Suasana seakan begitu religius.. silaturahim begitu intens.
Semuanya seakan berlomba utk menghormati Ramadhan.

Dilingkungan umat Islam sendiri Kita bisa saksikan hingar-bingarnya masjid-masjid
dan mushala dengan berbagi acara. Shalat malam - jamaah subuh diikuti
dengan penuh semangat oleh anggota masyarakat,
suatu keadaan yang tak pernah terjadi pada hari-hari biasa dan tanpa ketinggalan
dengan berbagai ceramah agama, rasanya sudah tak terhitung jumlahnya.
Baik di instansi pemerintah, maupun swasta begitu juga
acara di rumah pejabat atau keluarga. Dimeriahkan acara buka bersama.

Jamaah yang berbagaia,
Gegap-gempita menyambut Ramadan dan hiruk-pikuk kaum muslimin
menjalani Ramadan, di satu sisi bisa dipandang sebagai pertanda maraknya
kehidupan beragama kita.
Namun, di lain pihak, bisa sebagai bahan perenungan bagi kita semua,
terutama bagi peningkatan kwalitas ke-agama-an kita,
yang benar-benar ingin mendapatkan keridhaan dari Alloh
Tuhan Yang Maha Kuasa Yang mampu membalikkan hati kita.

Sungguh, Fenomena konsumerisme, hedonisme sangat terasa akhir-akhir ini.
Seakan seluruh kehidupan telah dimodifikasi dan dijadikan komoditas.
Khususnya kehidupan umat Islam telah dijadikan sasaran,
dijadikan obyek dan dijadikan target dari penjualan berbagai produk.
Fenomena ini bisa kita saksikan setiap tahun. Setiap Ramadan.
Hanya pada Ramadan. Tanpa kita sadari, Inilah acara rutin tahunan kita selama ini.

Tentunya kita tidak INGIN, seakan-akan kita hanya menunggu datang
dan perginya Ramadan, lalu setelah itu kembali kepada kesibukan
yang biasa kita lakukan di sebelas bulan yang lain.
Kita juga tidak ingin, seakan-akan kita menghormati Ramadan hanya pada Ramadan.
Kita tidak ingin berpuasa, menahan diri, menahan nafsu hanya pada Ramadan.
Termasuk kita berakrab-ria dengan keluarga; dengan kolega; hanya pada Ramadhan.
Kita tentunya tak ingin Penyambutan yang begitu khidmat atas bulan suci ini
terkesan hanya merupakan suatu peristiwa yang rutin saja,

Bila kita mau jujur kepada diri sendiri, maka sebenaranya dalam 11 bulan yang lain,
kita hampir tidak mempunyai waktu untuk berakrab-ria dengan “diri” kita sendiri
Tidak punya waktu untuk berakrab dengan Tuhan kita.
Kesibukan hanya bagi kepentingan pribadi kita, jarang kita konfirmasikan dengan
“diri kita yang paling dalam”. Apakah memang harus demikian....?

Sekali lagi, marilah kita renungkan, kita bisa mempertanyakan kepada
diri kita sendiri apakah sikap keber-agama-an kita selama ini memang sudah sesuai
dengan yang seharusnya, seperti yang diajarkan dan dicontohkan
Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sang pembawa agama itu sendiri?
Apakah semangat keber-agama-an kita sudah dijalankan dengan ikhlas,
sudah murni dilandasi keinginan mendapatkan rida Allah ATAU masih tercampur nafsu,
atau bahkan justru hanya murni didorong oleh nafsu?

Saudara sekalian..
Kita belum terlambat, marilah kita isi sisa waktu Ramdhan ini dengan lebih intensif.
Masih terngiang dalam ingatan saya, setahun yg lalu ditempat ini pula
saya ingatkan pada diri saya khususnya agar kiranya mampu untuk
meningkatkan pendalaman agama. Kita, bisa mulai dari yang sederhana yang dapat
kita lakukan yakni mengkaji/mendalami suratul Fatikhah,
karena kita sadar bahwa tidak akan Syah sholat kita tanpa membaca alfatihah.

Mudah2an Kini…. kita telah mampu meningkatkan kajian lebih lanjut dan lebih baik lagi
untuk meningkatkan kwalitas keimanan diri kita .
Maka sungguh berbahagialah mereka yang dapat mencerdasi anugerah Allah
berupa puasa Ramadan ini.
Berbagagialah mereka yang mampu menggunakannya untuk membenahi diri.
Mudah2an, diakhir Ramadhan nanti kita berhak mensyukuri kemenangan
dan menjadi khalifah Allah dimuka bumi ini.

Mudah2an semua amalan yg benar selama Ramadhan ini mampu
menginduksi pada bulan-bulan selanjutnya, sehingga kita mampu
menyikapi bulan-bulan lainnya secara benar pula.
Akhirnya kita berharap dapat menggapai Taqwa,
sebagai cita-cita tertinggi dalam berpuasa
Wassalamu’alaikum waroohmatullohi wabaro katuh.

Diambil dari berbagai Tulisan A.l:
Mustofa Bisri
Syafii Maarif
Hasim Muzadi
Mifta Farid.
Beberapa tulisan dari milis sabili

Komentar

USIAKU 60 TAHUN

RIWAYAT AZAN DAN IQOMAT

UMUR YANG BAROKAH

IBU-9- (BODO LONGA-LONGO ORA KOYO KEBO)